Sunday, January 17, 2016

Visi Misi Keluarga Muslim

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kelak anak kita mau jadi apa? seorang Ayah harus tahu kelak anaknya akan menjadi apa, begitulah guru kami berkata saat pertemuan pertama Akademi Keluarga 2014. Saat itu saya benar-benar bingung, bagaimana caranya kita sudah tahu anak kita kelak jadi apa, yang terbayang cuma biar jadi anak sholih seperti para sahabat Rosul, tapi gak tau kelak mau mengarahkan mereka ke profesi apa terus caranya bagaimana.  

Kira-kira pemirsa bisa jawab dengan detail gak pertanyaan guru saya itu?
Kalau bisa berarti pemirsa sudah punya yang namanya visi keluarga yang tecakup didalamnya visi untuk anak-anak. Kalau masih bingung kaya saya, berarti kita sedang berjalan dengan mengandeng anak-anak kita tapi tanpa tujuan akhir. Ya, tanpa tujuan akhir yang jelas, terdengar horor ya...tapi itulah yang selama ini kita lakukan #mewek guling-guling.

Kalo dianalogikan dengan aktivitas sehari-hari kita, maka setiap gerak kita sebenarnya sudah punya tujuan awal dulu baru kita bergerak. Contohnya pagi-pagi bangun jam 4 karena mau sholat subuh, lanjut mandi, lanjut sarapan, lanjut jalan kerja lebih pagi biar gak telat. Ada gak orang yang bangun pagi trus baru mikir mau ngapain ya pagi-pagi padahal dia muslim yg punya kewajiban sholat, padahal tempat kerjanya jauh, padahal dia harus sampai kantor jam 8, dll? Mungkin ada tapi pasti kita menilai orang itu sedang bermain-main dengan hidupnya. Bukankah itu seperti kita eh saya dengan keluarga say, jalan aja dulu terserah deh angin mau bawa kita sampai mana?

Lalu lamanya sebuah keluarga dibangun belum menjamin keluarga tersebut sudah memiliki tujuan akhir yang jelas. Contohnya keluarga kita eh saya, saya dan suami baru membicarakan mengenai visi dan misi keluarga kami setelah 7 tahun berjalan, karena baru melek ilmu #telat banget. Visi misi yang kami bicarakan masih sangat garis besar, masih harus di breakdown sampai menjadi aktivitas harian yang bermuara pada visi kami.

Kalau sudah telat bagaimana, ya mending telat merumuskannya daripada tidak punya arah. Sebagai muslim sebenarnya Allah sudah memberi panduan jelas bagi kehidupan kita maupun keluarga kita yang tertulis di Qur'an dan Sunnah Nabi, namun lagi-lagi karena buta ilmu agama sendiri maka kita terjebak dalam berbagai masalah hidup termasuk masalah ini "hidup tanpa tujuan jelas".

Dan sepeti inilah Islam mengatur tujuan hidup kita :

Pertama biar gak bingung maka kita harus tahu dulu definisi dari Visi dan Misi itu sendiri.
         Visi : Cara pandang jauh kedepan, kemana keluarga akan dibawa agar eksis
         Misi : Sesuatu yang harus dilakukan keluarga untuk mencapai visi
         Muslim : Tercakup dalam rukun Islam dan rukun Iman

Nah ternyata Islam sebagai agama fitrah sudah mengatur apa yang harus menjadi visi misi setiap keluarga muslim, tahunya dari mana? ya dari panduan hidup kita yaitu Al Qur'an dan Hadits Nabi Saw.

Saya membaginya menjadi seperti ini :
1. Visi Akhirat
QS At Tahrim : 6“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Perintah ini diberikan kepada setiap pemimpin keluarga yaitu seorang ayah dan atau suami, bukan istri atau anak, untuk menjauhi neraka sebagai tujuan kehidupan akhirat kelak. Jika bukan neraka maka sebenarnya Allah menyuruh membawa keluarga kita menuju surgaNya. Maka jadikan surga sebagai visi tertinggi dari keluarga kita.

2. Visi Akhirat
Pahala mengalir dari anak sholeh
QS. Ath-Thuur (52) : 21Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Salah satu pahala yang terus mengalir adalah doa dari anak yang sholih. Pastinya kita ingin sekali memiliki pahala yang terus mengalir saat kita sudah tak berdaya maka jadikanlah anak kita menjadi anak sholih terlebih dahulu.

3. Visi Dunia
Penyejuk mata dan Pemimpin orang bertakwa
QS Al Furqon (25) : 74Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Penyejuk mata itu tidak selalu karena fisiknya namun juga akhlaknya. Pemimpin bagi orang bertakwa, mungkinkah ia nya tidak bertakwa? tidak mungkin. Maka visikan agar kelak anak kita minimal menjadi orang bertakwa dan terus berusaha agar mereka menjadi pemimpin bagi orang bertakwa. Visi ini diperkuat dengan hadits dibawah ini :
  •       Hadits zaman
        Artinya: “Telah berlaku Zaman Kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah Zaman Kekhalifahan (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya. Lalu berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit (Zaman Fitnah). Berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya. Kemudian berlakulah zaman penindasan dan penzaliman (Zaman Diktator) dan berlakulah zaman itu sepertimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula Zaman Kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup Zaman Kenabian.” (Riwayat Ahmad)



Ternyata dihadapan kita ini belumlah kiamat, namun zaman kholifah yang berjalan dengan cara Kenabian. Dalam redaksi bahasa Arabnya zaman mendatang itu sama dengan zaman kedua yaitu zaman Kholifah Rashidin, berarti pula cara pencapaiiannya haruslah sama. Kualitas keimanan kholifahnya pasti sama. Dan saat zaman itu tiba apa yang kita harapkan dari keluarga kita, terutama anak-anak kita. Ingin menjadi apa kita dan keuarga kita saat itu, dan ingat pemain utama tidaklah sama bayarannya dengan pemain figuran.
  •       Hadits Penaklukkan Roma
        Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah? Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah? Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
       
        Dalam hadits ini pasukan Islam kelak akan menaklukkan Konstantinopel dan Roma, Konstantinopel sudah ditaklukkan oleh Muhammad Al Fatih. Masih ingat kan haditsnya : “Kota Kostantinopel (Istanbul sekarang) benar-benar akan ditaklukan oleh seorang panglima. Panglima tersebut adalah sebaik-baiknya panglima dan sebaik-baiknya tentara” (HR Ahmad dan al-Hakim).
        Lalu tidakkah kita ingin anak keturuan kita kelak menjadi orang-orang yang menaklukkan Roma? Roma disini bukanlah kota Roma di Itali, tapi imperium romawi.
  •       Hadits 100 tahun
        Rosulullah SAW, beliau bersabda, “sesungguhnya Allah membangkitkan untuk umat ini disetiap awal 100 tahun, seseorang yang akan memperbaharui agama ini. ( Abu Hurairah, Abu Daawud)
       Tidakkah kita ingin anak atau cucu kita menjadi pembaharu agama Allah?

Bagaimana pemirsa, sudah ada gambarankah kelak keluarga kita mau kemana? kelak anak-anak 
kita akan dijadikan apa?

Gampangnya begini :
1. Surga sebagai tujuan akhir, tapi surga itu mahal gak sembarang orang yang bisa masuk,  siapakah yang bisa masuk? 
2. Menjadi ahli surga dengan menjadi orang bertakwa dan berusaha menjadi pemimpin orang bertakwa. Menjadi pembaharu agama Allah, berpartisipasi dalam pembebasan Roma dan bangkitnya peradaban Islam. 
3. Orang bertakwa biasa kita sebut orang sholih, orang sholih itu bukan sembarang orang tapi yang imannya kuat, ibadahnya baik, akhlaknya mempesona, bagaimana cara menjadi orang sholih? 
4. Disinilah usaha atau pelaksanaan misi menuju nomer 1. 
5. Mengetahui misi apa yang harus dikerjakan dan membuat strategi. Pp

Seperti itulah Islam mengarahkan visi keluarga muslim, bagaimana dengan misi apakah ada
tuntunannya? Ya, Islam pun memberikan contoh melalui baginda Nabi kita dalam menjalankan 
misi membentuk anak sholih. Karena sangat panjang penjabaran misinya, mungkin saya
akan bedakan postingannya. Tapi belum tahu kapan saya akan posting #tutup muka.

Referensi ayat maupun hadits masih bisa ditambahkan, seperti tujuan diciptakannya manusia 
untuk beribadah, bagi orang beriman dipersilahkan memilih memasuki surga dari pintu
manapun, hadits amalan yang tidak terputus, dll.

Wallahua'lam bisshawab 


Referensi :
Materi Akademi Keluarga Mustawa 1
Buku Inspirasi Dari Rumah Cahaya penulis Budi Ashari, Lc
Vidio Membaca Zaman bisa dilihat di SINI

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tuesday, January 12, 2016

Pemadam Cahaya

Nama surat dalam Al Quran biasanya mewakili kisah yang terdapat pada ayat-ayatnya, pun  surat An Nuur, yang berbicara mengenai cahaya. 

Dalam Islam cahaya adalah sumber segala bentuk kebaikan dan tidak ada keburukan yang datang darinya. Dalam surat ini pula Allah diperkenalkan sebagai sumber eksistensi dan cahaya yang menerangi alam semesta. 

Ayat 1-34 bebrbicara mengenai keluarga, baru di ayat ke 35 mulai berbicara soal cahaya. Setiap peralihan tema jika dipelajari lebih lanjut pasti ada tujuannya. Pun surat ini (Keluarga - Cahaya), maknanya bahwa setiap keluarga memerlukan cahaya. 

Karena tanpa cahaya Allah kita akan seperti ini, An Nuur ayat 40 :
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun

Itulah perumpamaan yang Allah buat jika tanpa cahayaNya, sangat gelap dan kelam hingga tidak bisa melihat diri sendiri apalagi melihat keluarganya, tidak punya cahaya sedikitpun apalagi untuk berbagi dengan keluarganya. 

Ayat 35
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hamper-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 

Begitulah gambaran cahaya Allah, sangat terang, cahaya diatas cahaya. Jangan sampai kita tidak merasakan cahayaNya walau sedikit, tapi mungkinkah kita hanya ingin sedikit saja? Maka bagaimana caranya agar merasakan cahayaNya yang benderang itu? 

Ayat 36
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. 

Allah menurunkan cahayaNya di tempat yang tiap pagi dan petang disebut namaNya, yaitu masjid. Maka datangi masjid untuk bertasbih mengingat Allah jika ingin mendapatkan cahayaNya. 

Dan siapa sajakah yang bisa membawa cahaya tersebut? 

Ayat 37
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sholat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

Ya laki-laki yang dalam ayat ini memakai kata arab "Rizal", kata itu pasti tidak bisa dinisbatkan pada perempuan. Maka "Rizal" yang dilenakan dengan pekerjaannya, bisnisnya, dan dunia tidak akan mendapat cahaya dari Allah, pun tidak bisa membawa cahaya bagi keluarganya. Maka ia pun menjadi sang pemadam cahaya bagi keluarganya. 

Lalu kata mendirikan sholat dan membayar zakat dikeluarkan dari kata umumnya yaitu mengingat Allah (ibadah), disebut secara khusus. 

Abdullah bin Abbas :
Mereka laki-laki yang sedang berniaga, jual beli, bekerja dan ketika mendengar panggilan azan, mereka melempar apa yang ada ditangannya. 

Kata melempar berarti bergegas memenuhi panggilan Allah ke masjid dan sholat. Mereka tidak pernah takut atau khawatir peluang bisnisnya hilang karena yakin rizki itu dari Allah. Harta yang mulai melenakan itu tanda tidak barokah. 

Saat Rosul di Madinah pernah terjadi kejafian orang-orang lebih memilih mengurusi barang perniagaan dan meninggalkan Rosul yang sedang kutbah Jumat hingga tersisa 12 orang saja. 

Maka perniagaan itu memang sungguh mengiurkan. Jika ada laki-laki yang meninggalkannya demi Allah pastilah dia memiliki visi akhirat. Laki-laki yang hanya bervisi dunia tidaklah bisa membawa keluarganya menuju kebahagiaan akhirat. 

Suami bervisi akhirat maka istri pun akan bervisi akhirat. Jika tidak, maka suami akan melakukan revisi kepada istrinya. Seperti Rosul merevisi istri-istrinya saat meminta kenaikan uang belanja. Seperti Umar Bin Abdul Azis yang merevisi istrinya beberapa hari setelah dia diangkat menjadi kholifah, dengan memberi pilihan ikut dengannya dan menyerahkan perhiasan ke baitul maal atau dicerai. 

Bukan berarti kita tidak boleh kaya, karena Allah suka dengan orang yang bertakwa, kaya dan bersembunyi dalam bersedekah. Tidak ada larangan untuk hidup berkecukupan. Tapi jangan sampai dunia ini menghalangi kita dari cahaya Allah. 

Lalu apakah Allah hanya memberi cahaya kepada laki-laki saja, lalu bagaimana dengan perempuan? 
Tidak,  Allah memberikan cahaya kepada siapa saja, laki-laki maupun perempuan.  Laki-laki mendapat cahaya dari beribadah di masjid, perempuan mendapat cahaya dari beribadah di rumah, maka saat bertemu akan menjadi klop, itu bagaikan minyak zaitun yg bersinar dan api yang dinyalakan pada minyak tersebut, maka seperti cahaya diatas cahaya. 

Selain mendapat cahaya Allah orang yang tidak dilenakan oleh jual beli dan perniagaan akan dipanggil oleh malaikat dan berjalan tanpa di hisab, sedang barang siapa yang dihisab itu merasakan beban berat dan berkata daripada dihisab lebih baik dimasukkan langsung ke neraka. (redaksi haditsnya blm saya dapatkan) 

Maka apakah kau akan menjadi PEMADAM CAHAYA bagi keluargamu wahai para SUAMI dan AYAH? 

Sesungguhnya kami,  istri dan anak-anakmu selalu menantimu dengan membawa cahaya Allah untuk kau bawa pulang. 


Inspirasi dari Kajian Orang Tua Kuttab Al Fatih
Oleh Ustadz Herfi Ghulam Faizi
Depok, 9 Januari 2016