Tuesday, January 12, 2016

Pemadam Cahaya

Nama surat dalam Al Quran biasanya mewakili kisah yang terdapat pada ayat-ayatnya, pun  surat An Nuur, yang berbicara mengenai cahaya. 

Dalam Islam cahaya adalah sumber segala bentuk kebaikan dan tidak ada keburukan yang datang darinya. Dalam surat ini pula Allah diperkenalkan sebagai sumber eksistensi dan cahaya yang menerangi alam semesta. 

Ayat 1-34 bebrbicara mengenai keluarga, baru di ayat ke 35 mulai berbicara soal cahaya. Setiap peralihan tema jika dipelajari lebih lanjut pasti ada tujuannya. Pun surat ini (Keluarga - Cahaya), maknanya bahwa setiap keluarga memerlukan cahaya. 

Karena tanpa cahaya Allah kita akan seperti ini, An Nuur ayat 40 :
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun

Itulah perumpamaan yang Allah buat jika tanpa cahayaNya, sangat gelap dan kelam hingga tidak bisa melihat diri sendiri apalagi melihat keluarganya, tidak punya cahaya sedikitpun apalagi untuk berbagi dengan keluarganya. 

Ayat 35
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hamper-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 

Begitulah gambaran cahaya Allah, sangat terang, cahaya diatas cahaya. Jangan sampai kita tidak merasakan cahayaNya walau sedikit, tapi mungkinkah kita hanya ingin sedikit saja? Maka bagaimana caranya agar merasakan cahayaNya yang benderang itu? 

Ayat 36
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. 

Allah menurunkan cahayaNya di tempat yang tiap pagi dan petang disebut namaNya, yaitu masjid. Maka datangi masjid untuk bertasbih mengingat Allah jika ingin mendapatkan cahayaNya. 

Dan siapa sajakah yang bisa membawa cahaya tersebut? 

Ayat 37
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sholat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

Ya laki-laki yang dalam ayat ini memakai kata arab "Rizal", kata itu pasti tidak bisa dinisbatkan pada perempuan. Maka "Rizal" yang dilenakan dengan pekerjaannya, bisnisnya, dan dunia tidak akan mendapat cahaya dari Allah, pun tidak bisa membawa cahaya bagi keluarganya. Maka ia pun menjadi sang pemadam cahaya bagi keluarganya. 

Lalu kata mendirikan sholat dan membayar zakat dikeluarkan dari kata umumnya yaitu mengingat Allah (ibadah), disebut secara khusus. 

Abdullah bin Abbas :
Mereka laki-laki yang sedang berniaga, jual beli, bekerja dan ketika mendengar panggilan azan, mereka melempar apa yang ada ditangannya. 

Kata melempar berarti bergegas memenuhi panggilan Allah ke masjid dan sholat. Mereka tidak pernah takut atau khawatir peluang bisnisnya hilang karena yakin rizki itu dari Allah. Harta yang mulai melenakan itu tanda tidak barokah. 

Saat Rosul di Madinah pernah terjadi kejafian orang-orang lebih memilih mengurusi barang perniagaan dan meninggalkan Rosul yang sedang kutbah Jumat hingga tersisa 12 orang saja. 

Maka perniagaan itu memang sungguh mengiurkan. Jika ada laki-laki yang meninggalkannya demi Allah pastilah dia memiliki visi akhirat. Laki-laki yang hanya bervisi dunia tidaklah bisa membawa keluarganya menuju kebahagiaan akhirat. 

Suami bervisi akhirat maka istri pun akan bervisi akhirat. Jika tidak, maka suami akan melakukan revisi kepada istrinya. Seperti Rosul merevisi istri-istrinya saat meminta kenaikan uang belanja. Seperti Umar Bin Abdul Azis yang merevisi istrinya beberapa hari setelah dia diangkat menjadi kholifah, dengan memberi pilihan ikut dengannya dan menyerahkan perhiasan ke baitul maal atau dicerai. 

Bukan berarti kita tidak boleh kaya, karena Allah suka dengan orang yang bertakwa, kaya dan bersembunyi dalam bersedekah. Tidak ada larangan untuk hidup berkecukupan. Tapi jangan sampai dunia ini menghalangi kita dari cahaya Allah. 

Lalu apakah Allah hanya memberi cahaya kepada laki-laki saja, lalu bagaimana dengan perempuan? 
Tidak,  Allah memberikan cahaya kepada siapa saja, laki-laki maupun perempuan.  Laki-laki mendapat cahaya dari beribadah di masjid, perempuan mendapat cahaya dari beribadah di rumah, maka saat bertemu akan menjadi klop, itu bagaikan minyak zaitun yg bersinar dan api yang dinyalakan pada minyak tersebut, maka seperti cahaya diatas cahaya. 

Selain mendapat cahaya Allah orang yang tidak dilenakan oleh jual beli dan perniagaan akan dipanggil oleh malaikat dan berjalan tanpa di hisab, sedang barang siapa yang dihisab itu merasakan beban berat dan berkata daripada dihisab lebih baik dimasukkan langsung ke neraka. (redaksi haditsnya blm saya dapatkan) 

Maka apakah kau akan menjadi PEMADAM CAHAYA bagi keluargamu wahai para SUAMI dan AYAH? 

Sesungguhnya kami,  istri dan anak-anakmu selalu menantimu dengan membawa cahaya Allah untuk kau bawa pulang. 


Inspirasi dari Kajian Orang Tua Kuttab Al Fatih
Oleh Ustadz Herfi Ghulam Faizi
Depok, 9 Januari 2016

0 comments:

Post a Comment